Menguak Seni Gerak dan Strategi Perang dalam Naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian – Universitas Padjadjaran

[Kanal Media Unpad] Naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian yang oleh para ahli dianggap sebagai ensiklopedia budaya Sunda masa lampau, saat ini sedang diupayakan menjadi Ingatan Kolektif Nasional (Ikon) serta diajukan sebagai Memory of World (MoW) ke Unesco, PBB.

Menurut Dosen Departemen Sejarah dan Filologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Dr. Elis Suryani Nani Sumarlina, M.S., pengajuan tersebut cukup mendasar mengingat banyak kearifan lokal budaya Sunda yang terendap dalam naskah dan belum banyak dikenal oleh masyarakatnya.

“Sudah saatnya kita ‘ngeh’ terhadap budaya kita sendiri yang merupakan identitas dan jati diri sebagai orang Sunda,  karena teks naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian menyimpan berbagai ragam keterampilan, seni gerak, dan strategi perang, yang berguna sebagai wahana ilmu pengetahuan serta masih eksis di era kasajagatan sekarang,” papar Elis.

Elis memaparkan, naskah tersebut menampilkan beberapa jenis permainan rakyat yang ada kaitannya dengan gerak dan tarian. Ada keterkaitan antara jenis lagu sebagai pengiring dengan gerakan yang dilakukan, seperti Ceta Maceuh, Ceta Nirus, Tatapukan, Bangbarongan, Babakutrakan, Ubang-ubangan, Neureuy Panca, Munikeun Lembur, Ngadu Lesung, Asup Kana Lantar, dan Ngadu Nini.

Istilah-istilah tersebut sudah tidak eksis karena tergeser permainan modern, atau disinyalir namanya berubah meskipun gerakannya sama.

Dosen Filologi tersebut melanjutkan, keberadaan jenis permainan dalam Sanghyang Siksa Kandang Karesian yang ada hubungannya dengan seni gerak salah satunya adalah Neureuy Panca. Ia menganalisis adanya perubahan konsonan dan vokal pada dua kata majemuk tersebut.

Perubahan konsonan /n/ pada kata neureuy berubah menjadi /h/ atau heureuy. Sementara itu, kata penca, jika hilang unsur vokalisasinya akan terbaca panca.

Jika mengacu pada analisis tersebut, heureuy penca bisa diartikan sebagai bermain pencak, atau sejenis permainan yang menggunakan gerak dan lagu. “Permainan seperti ini masih dapat kita lihat dalam berbagai gerakan  pencak silat,  seperti dalam penca aliran Cikalong, Cimandé, Sabandar, Madi, Kari, dan yang lainnya,” terangnya.

Permainan seni gerak sejenis heureuy penca, dalam teks naskah  berkaitan erat dengan penyebutan beberapa aneka jenis kawih dalam Sanghyang Siksa Kandang Karesian. Jenis dan nama lagu yang terungkap dalam teks tersebut  bermanfaat untuk melengkapi serta menambah perbendaharaan dalam bidang seni kawih Sunda.

Hal tersebut dimungkinkan jika seniman atau para penggubah lagu mampu mengolaborasikannya saat ini.

Selain itu, lanjut Elis, heureuy penca (neureuy panca) juga ada kaitannya dengan alat atau media yang digunakannya, seperti kajimalélaatau pisau yang terbuat dari baja. pamukatau sejenis senjata tajam, kujang atau senjata khas orang Sunda zaman dahulu, patrem atau pisau kecil/senjata perempuan, téték saléh atausejenis tongkat alat upacara kebesaran,dan tipulung/iket atau ikat kepala.

Istilah strategi peran yang terungkap dalam naskah tersebut memiliki gerakan yang identik dengan perilaku perang, seperti   jenis permainan yang dikolaborasi dengan gerak dan lagu, yang apabila kita cermati, gerakannya seolah-olah meniru-niru bentuk atau perilaku  binatang.

Strategi perang yang diimplementasikan menyerupai gerakan atau perilaku binatang yang ditirunya, di antaranya singa, garuda, asu/anjing , merak, gagak, luwak, kijang, lisang, buaya. Hal ini juga terjadi pada gerakan tari Sunda, yang meniru-niru perilaku binatang, seperti tari merak, tari kijang, tari kukupu, tari burung merpati, dan garuda.

Elis mengatakan, strategi dan perilaku siasat perang yang terungkap dalam teks naskah tersebut tidak menutup kemungkinan masih digunakan dalam strategi siasat perang di militer ataupun kepolisian RI. “Hal ini membuktikan bahwa teks naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian masih eksis dan relevan dengan kondisi saat ini,” pungkasnya. (rilis)*

Sesi ke-9 Eurasia International Course FIS UNJ mengundang Guru Besar Universitas Indonesia, Prof. Melani Budianta

Humas UNJ, Jakarta-Kamis, 3 November 2022, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta (FIS UNJ) menyelenggarakan The Eurasia International Course pertemuan kedelapan di mana FIS UNJ menjalin kerja sama dengan The Eurasia Foundation (from Asia) untuk program International Guest Lecturer Series. International Guest Lecturer Series ini akan dilaksanakan oleh FIS UNJ 1 kali pertemuan setiap minggunya, dari bulan September 2022 hingga Desember 2022. Total pertemuan dari September 2022 hingga Desember 2022 sebanyak 17 kali pertemuan.

Kegiatan ini sendiri dilakukan secara hibrid, baik secara dari daring melalui Zoom dan Live Streaming Youtube FIS UNJ Official, dan luring di Gedung Dewi Sartika, Lantai 10, Kampus A UNJ. Kegiatan ini diikuti oleh 42 mahasiswa yang hadir luring dan 72 mahasiswa hadir daring, dosen serta masyarakat umum, baik di UNJ maupun di luar UNJ. Pada pertemuan kedelapan ini, FIS UNJ menghadirkan narasumber Prof. Melani Budianta dari Universitas Indonesia secara daring dengan topik “Sustainability, Gender, and Multiculturalism in Indonesia”.

Melalui pemaparan daringnya, Prof. Melani menjelaskan bagaimana sustainability, multikulturalisme dan gender memiliki keterkaitan. Pada paparannya, Prof. Melani menyampaikan bahwa pembangunan yang baik adalah pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini namun tidak mengabaikan kemampuan dan kebutuhan generasi berikutnya. Keberlangsungan dari pembangunan yang ada ini perlu dilihat dari pendekatan sistemik, yang melihat bagaimana keterkaitan sistem-sistem yang ada yaitu seperti sistem lingkungan, sistem ekonomi dan sistem sosial.

Pada pemaparannya juga, Prof. Melani menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang dapat menghambat pembangunan berkelanjutannya, salah satunya adalah berbagai konstruksi sosial yang terbentuk di Indonesia saat ini, salah satunya mengenai gender. Masyarakat bisa dikatakan multiculturalism jika masyarakat dapat menghargai keragaman budaya, agama, ras, suku ataupun keragaman latar belakang lain, termasuk diantaranya perbedaan gender. Manusia terkonstruksi secara berbeda-beda, bakat dan talenta itu berbeda-berbeda. Jika pemahaman ini tidak dikelola dengan baik pada pendidikan, maka akan menyebabkan masalah-masalah seperti kesehatan mental, ada kelompok yang tersisih, ada kelompok yang tertekan. Perlu adanya pengelolaan pada ketiga sistem (sistem lingkungan, sosial, dan ekonomi) agar tercapainya state of wellbeing, ucap Prof. Melani.

Sementara itu Rakhmat Hidayat selaku Koordinator Pelaksana kegiatan yang juga dosen Prodi Pendidikan Sosiologi FIS UNJ menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Melani dan materi, pengetahuan, dan cerita yang disampaikan oleh Prof. Melani sangat berkaitan dan relevan dengan Indonesia, serta disampaikan dengan cara yang memudahkan mahasiswa untuk memahami materi, ungkap Rakhmat Hidayat.

Pada acara ini juga, Prof. Sarkadi selaku Dekan FIS UNJ menyampaikan bahwa kedatangan Prof. Melani  merupakan sebuah kehormatan dan juga menjadi kesempatan baik bagi mahasiswa untuk belajar langsung dari dosen dan pakarnya, ungkap Prof. Sarkadi.

Bahas Korelasi Investasi dan Tanah, FEB Unpad dan Bank Tanah Gelar Seminar – Universitas Padjadjaran

[Kanal Media Unpad] Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran bersama Badan Bank Tanah menggelar seminar nasional bertema “Menjawab Tantangan Investasi untuk Percepatan Pembangunan”. Seminar yang dilaksanakan dalam rangka Dies Natalis ke-65 FEB Unpad ini digelar di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Kamis (3/11/2022).

Dekan FEB Unpad Prof. Dr. Nunuy Nur Afiah, M.Si., CA, mengatakan, seminar yang digelar secara hybrid ini menjadi titik sentral untuk memahami bagaimana tantangan investasi khususnya pada sektor pengelolaan tanah yang dilakukan Badan Bank Tanah.

“Ini akan memberikan kontribusi yang konstruktif bagi pembangunan di Indonesia,” kata Prof. Nunuy.

Seminar juga dihadiri Rektor Unpad Prof. Rina Indiastuti yang bertindak sebagai pembicara kunci. Dalam paparannya, Rektor mengatakan, bentuk investasi tidak hanya berupa pembiayaan (uang), tetapi juga berupa infrastruktur fisik. Infrastruktur fisik ini berkaitan erat dengan tanah.

“Hal ini memperlihatkan bagaimana korelasi antara investasi dan tanah,” kata Rektor.

Diketahui, Indonesia memiliki lahan luas dan kosong dari Aceh hingga Papua. Karena itu, lahan tersebut perlu dioptimalkan untuk penggunaan investasi. “Investor akan sangat berharap bahwa ketersediaan lahan itu jelas ada, tetapi masalah clean and clear lahan itu yang jadi persoalan,” imbuhnya.

Masalah pengadaan dan kepastian tanah untuk penggunaan investasi sangat penting. Hal ini bertujuan untuk mendukung terwujudnya pembangunan Indonesia sesuai perencanaan di RPJMN. Menurut Rektor, cetak biru yang baik tentang perencanaan, ditambah adanya investor serta ketersediaan lahan akan menjadikan pembangunan Indonesia menjadi lebih cepat.

Unpad sendiri, lanjut Rektor, memiliki komitmen tinggi dalam mendukung pembangunan infrastruktur di Indonesia. Hal ini terlihat dari partisipasi Unpad sebagai ketua University Network for Indonesian Infrastructure (UNIID) sejak 2019. Hal ini menandakan bahwa perguruan tinggi sudah masuk pada pembahasan bagaimana penyediaan infrastruktur untuk kepentingan pembangunan pendidikan tinggi.

“Jadi tidak hanya pembangunan sektor ekonomi dan swasta, tetapi kami para perguruan tinggi telah sering mendiskusikan bagaimana kendala pembangunan infrastruktur di perguruan tinggi,” kata Rektor.

Seminar ini juga menghadirkan pembicara kunci Kepala Badan Bank Tanah Parman Nataatmadja dan Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Provinsi Jawa Barat Indra Maha. Seminar tersebut dibagi ke dalam dua sesi.

Sesi pertama menghadirkan pembicara Deputi Perencanaan Strategi dan Pengadaan Tanah Badan Bank Tanah Perdananto Aribowo, Pakar Hukum Agraria Unpad Dr. Nia Kurniati, M.H., serta moderator Dr. Ersa Tri Wahyuni.

Sementara sesi kedua menghadirka pembicara Deputi Pengembangan Usaha dan Keuangan Badan Bank Tanah Hakiki Sudrajat dan Tenaga Ahli Hukum Oce Madril dengan moderator Teguh Santoso, M.Sc.*

Perkuat Potensi Kota, Pemkot Sawahlunto Jalin Kerja Sama dengan Unpad – Universitas Padjadjaran

[Kanal Media Unpad] Universitas Padjadjaran menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kota Sawahlunto. Kerja sama diwujudkan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman yang dilakukan di Bale Sawala Gedung Rektorat Unpad, Jatinangor, Jumat (4/11/2022).

Nota Kesepahaman tersebut ditandatangani Rektor Unpad Prof. Rina Indiastuti yang dalam kesempatan tersebut diwakili Wakil Rektor Bidang Organisasi dan Perencanaan Prof. Yanyan M. Yani, PhD, dengan Wali Kota Sawahlunto Deri Asta. Acara tersebut juga dihadiri Dekan Fakultas Teknik Geologi Prof. Mega Fatimah Rosana, PhD, serta sejumlah pejabat di lingkungan Pemkot Sawahlunto

Dalam sambutannya Deri Asta menjelaskan, Sawahlunto merupakan kota kecil tetapi dengan tinggalan sejarah yang besar. Kota yang berdiri sebagai implikasi dari revolusi industri pada 1888 ini pada masa tersebut terjadi transformasi teknologi, salah satunya adalah pembukaan tambang batu bara. Tidak heran jika Sawahlunto ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya dunia oleh Unesco.

Pasca pertambangan batu bara ditutup pada 1998, aktivitas di Kota Sawahlunto mulai meredup. Namun, Deri Asta mengatakan, Sawahlunto tetap memiliki semangat yang kuat untuk hidup dan berkembang.

“Pada waktu itu, perputaran ekonomi di Sawahlunto habis. Akan tetapi, itu pula yang menjadi semangat kita untuk tetap bisa bertahan menjadikan itu sebagai inovasi bagaimana menjadikan bekas tambang untuk bertahan, salah satunya menjadikan kota wisata tambang,” ujarnya.

Atas dasar itu pula, Deri Asta mendorong kerja sama dengan berbagai pihak, salah satunya dengan Unpad. Kerja sama dilakukan untuk mendongkrak aset dan sejarah bekas tambang batu bara menjadi destinasi pariwisata.

Selain itu, pihaknya juga sedang menggarap potensi kebumian di Sawahlunto. Baru-baru ini, wilayah Sawahlunto ditetapkan sebagai Geopark Nasional karena memiliki potensi bebatuan yang sangat lengkap.

Potensi geopark ini kemudian mendorong pihaknya untuk bekerja sama dengan Unpad, khususnya dengan Fakultas Teknik Geologi. Diharapkan, kerja sama ini dapat menjadikan potensi di Sawahlunto bisa menjadi pengungkit ekonomi, sehingga masyarakat bisa hidup sejahtera.

“Kita membutuhkan kerja sama, baik dalam pengembangan kota ke depan, sehingga kota kita bisa menjadi kota yang nyaman dan layak ditinggali,” kata Deri Asta.

Sementara itu, Prof. Yanyan mengapresiasi inisiasi Pemkot Sawahlunto untuk berkolaborasi dengan Unpad. Ia mendorong agar kerja sama ini segera diimplementasikan melalui penandatanganan Perjanjian Kerja Sama.

“Kami sambut baik MoU ini dan secepatnya diharapkan segera dilakukan penandatanganan PKS,” kata Prof. Yanyan.*

Alumni Berikan Bantuan untuk Jemaah Masjid Raya Unpad – Universitas Padjadjaran

[Kanal Media Unpad] Para alumni Universitas Padjadjaran dari komunitas “Peduli 1620” menyerahkan bantuan kepada mahasiswa dan jemaah Masjid Raya Unpad. Penyerahan bantuan Program Peduli 1620 tersebut dilakukan di Masjid Raya Unpad, Jatinangor, Selasa (1/11/2022) lalu.

Penyerahan bantuan dilakukan secara simbolis oleh perwakilan komunitas Peduli 1620 Dr. Slamet Usman Ismanto, M.Si., yang juga Dosen FISIP Unpad kepada Ketua Harian Masjid Raya Unpad Junardi Harahap, M.Si., PhD., serta disaksikan rombongan Peduli 1620, pengurus masjid, Ketua Umum Pengelola Masjid Unpad Dr. Hadiyanto A. Rachim, serta beberapa mahasiswa.

Dalam rilis yang diterima Kanal Media Unpad disebutkan, bantuan berupa dua buah laptop, dua buah printer, dan 10 rim kertas diberikan untuk keperluan mahasiswa, khususnya mahasiswa penerima KIPK, serta jemaah Masjid Raya Unpad lainnya.

Dalam sambutannya Slamet mengatakan, program ini diharapkan dapat memberikan maslahat dan menjadi ajang kebaikan di lingkungan Masjid Raya Unpad. “Barang-barang hibah ini akan digunakan terutama untuk  mahasiswa Bidikmisi dan KIPK pada khususnya atau mahasiswa Unpad dan jemaah masjid pada umumnya,” terangnya.

Menanggapi bantuan tersebut, Junardi memastikan bahwa bantuan ini akan amanah digunakan untuk kepentingan publik. Ia menyilakan bagi mahasiswa maupun jemaah masjid yang membutuhkan kertas dan pencetakan gratis untuk mendukung kegiatan perkuliahan, dapat menggunakan bantuan ini di area Masjid Raya Unpad.

“Semoga bantuan ini membawa manfaat bagi semua dan membawa maslahat bagi semua bagi mahasiswa Bidikmisi Unpad, mahasiswa Unpad, dan jemaah Masjid Raya Unpad,” kata Junardi. (rilis)*

Belajar Produktif dari Prof. Deddy Mulyana, Guru Besar yang Hasilkan 53 Buku – Universitas Padjadjaran

[Kanal Media Unpad] Menulis telah menjadi bagian hidup tak terpisahkan dari seorang Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D. Ada kesenangan tak ternilai yang dirasakannya tatkala tulisan Guru Besar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran tersebut dibaca dan diapresiasi orang lain.

Dari kecintaannya akan menulis, Prof. Deddy telah menghasilkan 53 buku, lebih dari 50 artikel ilmiah di jurnal internasional dan nasional, lebih dari 40 book chapter, dan ratusan artikel ilmiah populer maupun kolom atau opini di media massa, antara lain: Pikiran Rakyat, Kompas, Media Indonesia, Republika, Gatra, dan the Jakarta Post. Empat buku di antaranya dalam bahasa Inggris.

Buku ke-53 yang ditulis Prof. Deddy Mulyana adalah Communication Technology and Society: Exploring the Multicultural and Digital World yang ditulis bersama Dr. Devie Rahmawati, dosen Universitas Indonesia. Buku berbahasa Inggris tersebut merupakan kumpulan dari artikel ilmiah Prof. Deddy yang diterbitkan di jurnal terindeks Scopus dan jurnal Sinta-2, tetapi setiap artikel telah dipoles sedemikian rupa sehingga sesuai dengan format buku. Buku yang baru diluncurkan dan dibedah secara daring pada Rabu (2/11/2022) lalu tersebut telah habis dibeli orang.

“Orang kadang-kadang heran, kenapa saya bisa menghasilkan 53 buku? Saya sendiri tidak percaya, tapi faktanya seperti itu,” seloroh Prof. Deddy.

Kanal Media Unpad berkesempatan mewawancarai Prof. Deddy Mulyana di kediamannya di kawasan Parakan Waas, Bandung, Jumat (4/11/2022). Ribuan koleksi buku tersimpan rapi di lemari rumahnya. Wawancara pun dilakukan di ruang kerja Prof. Deddy dengan latar belakang dua lemari yang menyimpan karya buku dan tulisan-tulisannya.

Prof. Deddy mulai menulis sejak masih di SMA, yaitu pada tahun 1970-an. Cerita pendek menjadi karya yang sering ditulis Prof. Deddy hingga duduk di bangku kuliah. Kurang lebih 80 cerita pendek berhasil ditulis Prof. Deddy. Karya fiksi tersebut telah diterbitkan menjadi beberapa buku kumpulan cerpen.

Setelah itu, ia mulai banyak menulis karangan khas berupa feature perjalanan. Sejak menempuh studi Sarjana Ilmu Komunikasi di Fikom Unpad, ia banyak melawat ke luar negeri. Hal-hal unik yang ditemukan saat melawat itulah yang kemudian ditulis sebagai feature perjalanan. Kumpulan karangan khas ini juga telah dibukukan.

“Baru beberapa bulan kemudian setelah saya lulus dari Fikom Unpad pada 1981, saya mulai menulis artikel ilmiah populer,” tuturnya.

Artikel pertamanya berjudul “Kapan Kita Punya TV Sekolah?” yang dimuat di surat kabar Pikiran Rakyat (7/12/1981). Artikel terakhirnya berjudul “Etnometodologi Kasus Sambo,” yang dimuat Kompas (3/11/2022) yang menjadi viral di media sosial dan mendapatkan apresiasi banyak pembacanya.

Sejak menjalani profesi sebagai dosen, Prof. Deddy dituntut untuk menghasilkan karya ilmiah. Praktis, ia mulai menulis banyak buku dan artikel ilmiah. Buku tersebut banyak dibaca orang, khususnya dari kalangan akademisi dan mahasiswa yang mempelajari ilmu komunikasi.

Buku “fenomenal” yang dihasilkannya adalah Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar yang terbit pertama kali pada 2000. Tidak hanya dibaca, buku ini juga menjadi pegangan wajib mahasiswa ilmu komunikasi di Indonesia. Tidak heran jika buku ini telah mengalami 23 kali cetak ulang—di luar buku bajakan yang jumlahnya jauh lebih banyak lagi.

Makin senang menulis, Prof. Deddy makin jatuh cinta dengan dunia menulis. Apa lagi ketika tahu karya-karya tersebut dibaca dan diapresiasi banyak orang.

“Setelah artikel kita dimuat di media massa, atau buku tersebut dicetak dan dijual di toko buku, memang ada imbalan material, tetapi imbalan nonmaterial lebih tinggi. Ada sensasi yang saya rasakan ketika mendapatkan apresiasi dari orang bahwa buku atau artikel itu bagus. Itu membuat kita senang. Apa lagi ketika kita tahu buku itu diwajibkan di perguruan tinggi, itu membuat kita senang lagi,” ujarnya.

Menulis Beragam Perspektif

deddy mulyana
Prof. Deddy Mulyana dengan latar belakang dua buah lemari yang berisikan karya-karya tulisannya. (Foto: Dadan Triawan)*

Prof. Deddy Mulyana mengatakan, komunikasi merupakan kebutuhan manusia. Karena itu, kajian ilmu komunikasi tidak akan habis untuk dipelajari. Ada banyak bidang atau perspektif ilmu komunikasi yang bisa digali. Ini yang Prof. Deddy lakukan lewat menulis.

“Keserbahadiran komunikasi di berbagai bidang ini menciptakan disiplin komunikasi yang lebih khusus, seperti Komunikasi Antarbudaya, Komunikasi Bisnis, Komunikasi Politik dan Komunikasi Kesehatan. Kemudian kalau kita bicara mengenai sudut pandangnya, itu juga akan beragam. Ada perspektif yang objektif/positivis, interpretif/konstruktivis, dan kritis,” jelasnya.

Masing-masing terbagi lagi menjadi beberapa varian. Yang paling ia senangi dan kuasai adalah yang interpretif.

Karena itu, Prof. Deddy memanfaatkan keragaman disiplin dan perspektif pada ilmu komunikasi. Tinggal dipilih bidang komunikasi mana yang akan dibahas dan perspektif apa yang akan digunakan. Tidak jarang pula ia menulis hal-hal yang “keluar” dari bidang keahliannya di bidang komunikasi antarbudaya, komunikasi kesehatan, dan kajian media,misalnya dengan mengeksplorasi Komunikasi Hukum seperti dalam artikel “Etnometodologi Kasus Sambo” yang memang belum banyak dikembangkan di Indonesia.

Karena produktivitas menulis berdasarkan banyak bidang dan perspektif yang digelutinya inilah Prof. Deddy Mulyana kerap disebut sebagai “Begawan Ilmu Komunikasi” di Indonesia.

Saat akan menulis buku, Prof. Deddy selalu menentukan dahulu apakah buku tersebut akan menjadi pegangan kuliah atau bukan. Jika buku tersebut direncanakan akan digunakan untuk pegangan kuliah dalam waktu yang cukup lama, judul buku akan disesuaikan dengan nama mata kuliah bersangkutan, seperti Metodologi Penelitian Kualitatif (2002) dan Pengantar Komunikasi Lintas Budaya (2019).

Selain itu, gaya menulis buku Prof. Deddy lebih banyak menggunakan gaya naratif/bercerita. Ini didasarkan pada prinsip bahwa  manusia adalah Homo Narrans, yakni merupakan makhluk yang suka bercerita dan menyukai cerita. Karena itu, tema sekompleks apa pun disampaikan dengan gaya bercerita dengan menggunakan diksi yang mudah dimengerti.

Tidak jarang, Prof. Deddy menyelipkan unsur humor dalam penjelasannya. Gaya storytelling inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa buku ilmiah karyanya kerap laris di pasaran.

Kiat Produktif Menulis

Diakui Prof. Deddy Mulyana, menulis merupakan keterampilan dalam komunikasi yang cukup sulit dikuasai. Pasalnya, keterampilan ini harus terus dilatih sepanjang waktu. Namun, bukan berarti keterampilan ini menjadi momok menakutkan bagi setiap orang.

Ada beberapa tips yang didasarkan atas pengalaman menulis Prof. Deddy. Hal utama adalah menyenangi aktivitas menulis, antara lain dengan mencoba menulis hal-hal yang disenangi, selain sesuai dengan bidang keahlian. “Tidak harus langsung senang. Rasa senang itu bisa dibangun, awalnya kita perlu rasa curiosity (penasaran),” kata Prof. Deddy.

Setelah itu, banyak membaca karya orang, menguasai bahasa asing, hingga terus berlatih sepanjang waktu merupakan tips yang bisa dilakukan agar mampu menulis dengan baik.

Terakhir, kata Prof. Deddy Mulyana, penulis harus memiliki kecerdasan emosional. Kecerdasan ini dibutuhkan untuk membangun konsistensi menulis tatkala tulisan mengalami penolakan. “Artinya, jangan kesal, kecewa, apalagi putus asa, ketika tulisan kita ditolak editor atau penerbit; perbaiki lagi tulisan kita, sampai kita merasa tulisan itu optimal, atau buat lagi tulisan yang lain, hingga akhirnya tulisan kita diterbitkan,” jelasnya.*