Eurasia International Course FIS UNJ Sesi-13 Menekankan Pentingnya Pendidikan Multikultur di Indonesia

Humas UNJ, Jakarta-Kamis, 24 November 2022, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta (FIS UNJ) menyelenggarakan The Eurasia International Course pertemuan ke-13. Di mana FIS UNJ menjalin kerja sama dengan The Eurasia Foundation (from Asia) untuk program International Guest Lecturer Series. Kegiatan ini dilakukan secara hibrid, baik secara daring melalui Zoom dan Live Streaming Youtube FIS UNJ Official, dan luring di Gedung Dewi Sartika, Lantai 10, Kampus A UNJ.

Pertemuan ke-13 kali ini diikuti oleh 42 mahasiswa yang hadir luring dan 89 mahasiswa hadir daring, dosen serta masyarakat umum, baik di UNJ maupun di luar UNJ. Pada pertemuan ke-13 ini, FIS UNJ dengan bangga menghadirkan narasumber Prof. Elly Malihah dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) secara daring dengan topik “Teaching Multiculturalism: Teacher and Multiculturalism Education”.

Melalui pemaparan daringnya, Prof. Elly menjelaskan pentingnya pendidikan multikultural di sekolah sebagai salah satu ikhtiar untuk mengelola potensi-potensi keberagaman yang ada di Indonesia agar tidak menjadi bencana bagi bangsa sendiri. Prof. Elly berpendapat bahwa pendidikan multikultur memiliki beberapa urgensi sehingga perlu diterapkan di sekolah. Pendidikan multikultur dapat menumbuhkan kesadaran bahwa kita hidup di masyarakat pasti ada perbedaan di kalangan siswa. Pendidikan multikultur dapat menumbuhkan penerimaan terhadap keberagaman. Kemudian pendidikan multikultur dapat menumbuhkan kesetaraan pada setiap individu tanpa melihat suku, agama, dan perbedaan lain, ungkap Prof. Elly.

Pada kesempatan tersebut, Prof. Elly juga menyebutkan bahwa sekolah merupakan miniatur dari keberagaman masyarakat sehingga sekolah bisa menjadi saluran sosialisasi dari pendidikan multikultur. Sekolah juga perlu dan penting melakukan kolaborasi dengan keluarga sebagai lingkungan pertama yang berinteraksi dengan siswa. Tidak hanya penjelasan dalam kelas yang dapat dilakukan, namun bisa dengan praktik pada aktivitas sehari-hari misalnya dengan membuat kegiatan untuk menggunakan pakaian adat dari berbagai budaya ke sekolah pada kesempatan tertentu, mengenalkan dan bermain dengan alat musik daerah, dan kegiatan lain. Prof. Elly juga menjelaskan terdapat 3 ruang lingkup pendidikan multikultur yang terdiri dari Global Multiculturalism, National Multiculturalism, dan Local Multiculturalism. Guru sendiri memiliki peran dalam pendidikan multikultur. Guru berperan sebagai aktor, sebagai fasilitator, dan sebagai inspirator, jelas Prof. Elly.

Pada pertemuan ke-13 ini, Rakhmat Hidayat selaku Koordinator Pelaksana Kegiatan menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Elly Malihah. Menurut Rakhmat, materi yang disampaikan Prof. Elly sangat erat kaitannya dengan keilmuan beberapa prodi di Fakultas Ilmu Sosial UNJ, ungkap Rakhmat Hidayat yang juga Dosen Prodi Pendidikan Sosiologi FIS UNJ.

Sementara itu, Prof. Sarkadi selaku Dekan FIS UNJ juga menyampaikan bahwa materi hari ini memberikan pemahaman dasar dan praktis kepada mahasiswa mengenai pendidikan multikultural, ucap Prof. Sarkadi.

Dinas Pendidikan Aceh Gandeng UNJ Untuk Peningkatan Mutu Pendidikan

Humas UNJ, Jakarta-Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Drs. Alhudri, MM, mengatakan Pemerintah Aceh melakukan semua upaya untuk mendongkrak mutu pendidikan. Satu di antaranya dengan bekerja sama dengan Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

“Sebagai pimpinan, saya, pada prinsipnya, melakukan apa saja untuk memajukan pendidikan di Aceh. Semua. Sepanjang tidak menyalahi aturan dan norma yang ada,” kata Alhudri di sela-sela penandatanganan kerja sama dengan Prof. Fahrurrozi, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNJ, pada kegiatan Focus Group Discussion Penataan Pendistribusian Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Aceh, Senin, 21 November 2022.

Alhudri mengatakan, sebelum menggandeng UNJ, Dinas Pendidikan Aceh juga bekerja sama dengan beberapa lembaga di Aceh, seperti FKIP USK, UIN Ar-Raniry, Universitas Bina Bangsa Getsempena (BBG), Ikatan Santri Alumni Dayah (ISAD), dan berbagai lembaga lainnya, untuk tujuan sama.

Dalam kesempatan itu, Alhudri berterima kasih kepada Rektor UNJ yang bersedia menjalin kerja sama dengan Dinas Pendidikan Aceh. Alhudri berharap kerja sama yang dijalin selama masa kepemimpinannya menjadi proyek percontohan dan dilakukan juga dengan lembaga-lembaga lain pada masa hadapan sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan Aceh.

“Terutama untuk peningkatan mutu guru, tenaga pendidik, dan kepala sekolah itu sendiri,” kata Alhudri.

Alhudri hakul yakin kualitas guru, tenaga pendidikan dan kepala sekolah yang baik bakal mendongkrak mutu sekolah dan lulusannya. Semua ini bermuara pada upaya Pemerintah Aceh untuk mendorong anak-anak didik dapat masuk ke perguruan tinggi nasional dan dunia usaha.

Profesor Fahrurrozi juga berpendapat sama. Dia mengatakan kerja sama ini mendorong Dinas Pendidikan Aceh meningkatkan sumber daya manusia Aceh lebih baik lagi. “Kegiatan yang kita tawarkan adalah agar para guru tenaga kependidikan yang ada di Provinsi Aceh bisa meningkat kualitasnya.”

Dia juga mengatakan, selain untuk meningkatkan kualitas guru dan tenaga kependidikan, UNJ memiliki program lain untuk mendukung prestasi pelajar pada tingkat daerah, provinsi maupun nasional.

Selain itu, kegiatan penelitian, pengabdian di masyarakat juga bisa dilakukan dalam kerja sama ini. Selama ini, katanya, peningkatan mutu dilakukan di hampir semua provinsi.

“Kalau dengan pemerintah, (kerja sama dengan UNJ) sudah sangat banyak. Seperti program pembangunan desa wisata, kemudian pembangunan kampung-kampung Inggris. Bahkan dalam hal peningkatan prestasi olahraga,” katanya.

Dia menyebutkan, salah satu provinsi yang tidak pernah putus bekerja sama dengan UNJ adalah Papua. Setiap tahunnya, tidak kurang dari 30 sampai 40 anak-anak terbaik dalam bidang olahraga dari Papua dilatih di UNJ.

Hasilnya, dalam setiap even olahraga besar, seperti PON, POMNAS atau lain sebagainya, mahasiswa Papua tampil meyakinkan dan mendulang prestasi yang moncer. Sebagian besar dari mereka, tambah dia, adalah mahasiswa UNJ.

Prof. Fahrurrozi juga yakin Aceh dapat melakukan hal sama. Apalagi, kata dia, negeri Serambi Mekkah ini memiliki potensi sumber daya manusia yang luar biasa. Fahrurrozi juga yakin anak-anak berkebutuhan khusus di Aceh dapat mendulang prestasi dan menjadi pribadi yang lebih baik.

“Selama ini, pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus tidak tertangani dengan baik karena dinas pendidikan kekurangan sumber daya. Belum optimal,” kata Prof. Fahrurrozi.

Prof. Fahrurrozi juga mengungkapkan sejumlah kelemahan pada sekolah-sekolah vokasi. Hal ini disebabkan oleh ketiadaan guru-guru vokasi atau perguruan tinggi vokasi di Aceh. Dia mengatakan, lewat kerja sama ini, kekurangan-kekurangan tersebut dapat ditutupi dan dioptimalkan

Sumber: Harian Rakyat Aceh