LPPM UNJ Selenggarakan Workshop Kemitraan Industri dalam Mendukung Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia

Humas UNJ, Jakarta-dalam mendukung Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta (LPPM UNJ) mengadakan Workshop kemitraan industri melalui produk riset inovasi UNJ.

Workshop yang diadakan pada Senin 7 November 2022, diadakan secara luring di Gedung M.Syafei lantai 8, UNJ Kampus A. Workshop ini turut menghadirkan 3 narasumber yaitu: Aswin Tanzil selaku Direktur Utama EdConnect Solusi Integrasi, Hendrik selaku Direktur Multicom Persada Internasional dan Hary Candra selaku Direktur PesonaEdu.

Hadir dalam kesempatan ini, Prof. Komarudin selaku Rektor UNJ, Prof. Ucu Cahyana selaku Ketua LPPM UNJ, para wakil rektor, Ketua LP3M UNJ, para dekan dan direktur pascasarjana, serta koordinator pusat dan dosen di lingkungan UNJ.

foto bersama antara pimpinan, narasumber dan peneliti UNJ

Prof. Ucu Cahyana dalam laporannya di dua tahun terakhir kami (LPPM) memberikan skema hibah riset inovasi, tetapi pada tahun sebelumnya ialah riset inkubator bisnis. Jadi yang hadir sekarang ini merupakan peneliti UNJ yang menghasilkan produk inovasi, ungkap Prof. Ucu Cahyana.

Lanjut Prof. Ucu Cahyana menambahkan bahwa prinsip workshop ini hilirisasi produk-produk hasil penelitian dosen-dosen UNJ. Kegiatan ini juga mempunyai 3 tujuan utama: 1) Memperkecil GAP antara produk riset inovasi dan kebutuhan dunia usaha dan industri (DUDI), dan sebagian besar narasumber yang hadir dari berbagai macam industri ada bidang pendidikan dan media digital. Tentu workshop akan diperluas lagi untuk bidang lainnya. Bukan Cuma memperkecil tapi mendekatkan antara para peneliti dan pihak industri; 2) Maping antara produk yang dihasilkan Penelitian unj dengan pihak DUDI. Sehingga sejalur antara jalur riset dan kebutuhan DUDI. Sehingga hilirisasi penelitian berjalan dengan baik; 3) Memberikan motivasi kepada peneliti sehingga tidak sebatas menjadi produk saja, tapi bagaimana menjualnya dan menarik DUDI.

“Di akhir acara mungkin akan ada diskusi khusus untuk pengembangan bisnisnya, karena LPPM hanya menghasilkan produk, tetapi bekerja sama dengan pihak DUDI merupakan ranah DUDI, termasuk pengaturan royalti dan sebagainya. Mudah-mudahan workshop ini mendapatkan respons yang baik dari para peneliti,” tutup Prof. Ucu Cahyana pada laporannya.

Senada dengan itu, Prof. Komarudin selaku Rektor UNJ mengatakan benar sekali kita masih memiliki gap, karena kita sering kali terjebak oleh keahlian yang kita miliki secara teoritis. Sementara pengembangan praktis di luar sana sangat luar biasa, untuk itu kita hadirkan para praktisi langsung untuk mendekatkan diri dan memperkecil gap agar sesuai dengan DUDI. Kita juga memotivasi untuk membuka cakrawala perkembangan di luar seperti apa, akhirnya ketemu jalurnya. Bahkan hilirisasi tidak lagi menjadi kendala, ungkap Prof. Komarudin.

foto suasana ketika workshop berlangsung

Kendala juga tidak hanya di hilirisasi, walaupun kebijakan menjadi penentu, sebagai contoh ada Universitas Teknologi Madura mengembangkan mengenai garam yang sesuai dengan standar internasional dan kesehatan yang sangat tinggi. Tetapi mereka (peneliti) kecewa karena kebijakan tetap ada impor garam.

Perjuangan kita selain menghasilkan inovasi-inovasi adalah bagaimana menggugah pemangku kebijakan untuk bisa membuat kebijakan yang ramah kepada inovasi dalam negeri, meski judul seminar ini bangga buatan Indonesia, tetapi buatannya laku dan dibeli masyarakat kita.

Tantangan kita multidimensi, tidak hanya aspek inovasi dari riset ,tetapi bagaimana dari riset memberi manfaat dan keuntungan besar bagi periset, lembaga dan bangsa. Oleh karena itu kemitraan dengan kemitraan industri sangat penting.

“terima kasih atas inisiasi dari Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis yang di bawah lingkup LPPM UNJ, ini merupakan kegiatan bagus dan semoga dapat berkelanjutan, mungkin bisa 3 bulan sekali untuk memotivasi para peneliti dalam menghasilkan dan memasarkan produknya,” tutup Prof. Komarudin dalam sambutannya.

LPPM UNJ Selenggarakan Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat

Humas UNJ, Jakarta-Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta (LPPM UNJ) menyelenggarakan Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat, pada hari Kamis 3 November 2022 dan diselenggarakan secara hibrid, untuk yang luring berlokasi di Gedung Syafei lantai 8 Kampus A UNJ. Sedangkan untuk yang daring disiarkan melalui Zoom Live Streaming dan Kanal YouTube Edura TV UNJ.

Acara yang mengusung tema “Penerapan IPTEKS dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat” menghadirkan narasumber Prof. M. Faiz Syuaib, selaku Direktur Riset, Teknologi dan Pengabdian kepada Masyarakat, Kemendikbudristek Republik Indonesia. Dalam paparannya, Prof. M. Faiz Syuaib mengatakan bahwa topik cakupan dalam Pengabdian kepada Masyarakat lain pendidikan, sosial humaniora, sains dan teknologi, ekonomi kreatif, lingkungan dan pengetasan kemiskinan dan terakhir bidang relevan lainnya. Untuk melihat paparan lengkap Prof. M. Faiz Syuaib dapat disaksikan melalui YouTube Edura TV UNJ.

Dalam pengantar seminar, Prof. Ucu Cahyana selaku Ketua LPPM UNJ mengungkapkan bahwa peserta yang mengikuti seminar nasional ini terdapat 190 orang yang sudah mengirimkan paper dan mungkin akan bergerak bertambah terus, dan untuk peserta ini berasal dari berbagai instansi dan provinsi yang terdiri dari 25 Instansi, ucap Prof. Ucu Cahyana.

Prof. Ucu Cahyana menambahkan bahwa kegiatan Ini merupakan tahun ke-3 LPPM menyelenggarakan seminar nasional secara teratur. Seminar ini juga bertujuan untuk wadah komunikasi dan publikasi berbagai aktivitas kegiatan pengabdian kepada masyarakat secara nasional. Kalau dilihat dari statistik, pada tahun 2020 terdapat 102 peserta, 2021 terdapat 162 peserta dan ini naik menjadi 190 peserta, ini merupakan tren positif.  LPPM UNJ sebenarnya tidak berhenti hanya sebatas nasional, tetapi ingin internasional. Tetapi rekan-rekan kolaborasi di luar negeri sangat sulit juga untuk pengabdian kepada masyarakat. Namun untuk seminar internasional riset itu komunitas para akademisi internasionalnya jelas dan ada. Ke depan posisi PkM sangat penting karena di sana terbangun kemitraan kerja sama antara perguruan tinggi dengan industri dan masyarakat, sehingga perguruan tinggi dapat memahami persoalan yang ada di dalam masyarakat, ucap Prof. Ucu Cahyana.

Prof. M. Faiz Syuaib ketika menjawab pertanyaan

Setelah seminar ini semoga kami (LPPM)  bisa membuat satu buku yang di dalamnya berisi hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat selama 3 tahun ini berdasarkan topik tema kegiatan bapak/ibu yang sudah lakukan, sehingga kita dapat belajar banyak dan kemudian menemukan berbagai hal positif, dan bila memungkinkan  ke depan bisa membangun suatu Network, tutup Prof. Ucu Cahyana.

Pada kesempatan yang sama, Prof. Komarudin selaku Rektor UNJ mengatakan Tridarma Perguruan Tinggi mengamanahkan agar kampus hadir, dirasakan, dan berkontribusi pada masyarakat, bangsa, negara, bahkan dunia. Dalam konteks ini, kampus merupakan garda terdepan yang dapat mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hilirisasi IPTEKS, produk-produk IPTEKS yang dihasilkan oleh akademia kampus merupakan sebuah keharusan, ungkap Prof. Komarudin.

foto suasana seminar nasional ketika luring

Prof. Komarudin menambahkan bahwa upaya meningkatkan kualitas penerapan P2M Perguruan Tinggi agar kebermanfaatannya terasakan bagi masyarakat, setidaknya ada 4 hal pokok yang harus kita lakukan:

  1. Penguatan Kelompok bidang keilmuan untuk menghasilkan IPTEKS yang komprehensif. P2M betul-betul disusun secara terintegrasi, lintas disiplin, berkelanjutan dan tidak hanya sekadar penggugur kewajiban;
  2. Desain, rekayasa IPTEKS, dan Rencana Aksi P2M agar link and match dengan DUDI dan kebutuhan masyarakat, bahkan negara;
  3. P2M yang dilakukan harus mendukung kompetensi dosen-mahasiswa, mendukung program pembangunan daerah, pemerintah pusat, dan berdampak pada pemeringkatan kampus; dan
  4. Inovasi Hasil P2M dapat menjadi bahan ajar tematik di kelas agar mahasiswa dapat belajar dengan “RASA”, tidak sekedar kognitif teoretik.