[Kanal Media Unpad] Universitas Padjadjaran menjadi salah satu tuan rumah pelaksanaan konferensi internasional “Bandung-Belgrade-Havannna” yang digelar secara hybrid dari Hotel Savoy Homann, Bandung, Selasa (8/11/2022) hingga Rabu (9/11/2022). Acara ini merupakan kerja sama antara Bandung Spirit dengan empat perguruan tinggi di Indonesia.
Pengamat militer dan pertahanan Indonesia Connie Rahakundini Bakrie yang hadir dalam acara pembukaan konferensi internasional, Selasa (8/11/2022) mengatakan, konferensi ini digelar untuk memperingati dan mengunjungi kembali nilai-nilai dari perhelatan Konferensi Asia-Afrika pada 1955 silam. Nilai-nilai ini menurutnya masih relevan dengan kondisi saat ini.
“Apa yang dikenalkan Presiden Soekarno pada 1955 sekarang masih sangat diperlukan,” ujarnya.
Dihadiri peserta dari sekira 40 negara, Connie mengatakan, konferensi ini diharapkan dapat mengenalkan kembali bagaimana nilai-nilai yang telah disampaikan Presiden Soekarno sekaligus membuka pandangan baru ke depan dalam memperjuangan perdamaian global.
“Kami merasa bahwa nilai-nilai Soekarno tentang non-aligment movement harus terus digelorakan,” ujarnya.
Konferensi yang mempertemukan akademisi dari berbagai dunia ini diharapkan memunculkan harapan dan tantangan ke depan terkait tantangan gerakan nonblok ke depan.
Senada dengan Connie, Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Unpad Prof. Dr. Hendarmawan, M.Si., mengapresiasi digelar konferensi internasional di Unpad ini. Ajang ini menurutnya menjadi pertemuan akademisi yang lebih cair untuk merumuskan kembali semangat Konferensi Asia Afrika 1955 dalam kehidupan saat ini.
“Ke depan, kolaborasi ini bisa dilakukan dengan antar universitas dan antar negara,” kata Prof. Hendarmawan.
Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah yang juga hadir dalam acara tersebut mengapresiasi kolaborasi antar akademisi ini. Menurutnya, Konferensi Asia-Afrika 1955 yang digelar di Bandung serta pidato Soekarno di PBB masih memiliki relevansi yang kuat sampai saat ini. “Pidato tersebut membuktikan bahwa situasi dunia saat ini memang memerlukan keseimbangan,” tuturnya.
Dalam konteks tersebut, para akademisi melalui acara ini diharapkan memberikan kontribusi bersama dalam mewujudkan perdamaian dunia.
“Kita harapkan seluruh pemangku kepentingan di seluruh negara Asia dan Afrika dapat bangkit dan mereaktualisasikan kembali semangat KAA 1955 sesuai dengan konteks zaman,” kata Ahmad Basarah.*