Fapet Unpad Gelar Reuni Akbar “Pulang Kandang 2022” – Universitas Padjadjaran

[Kanal Media Unpad] Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran menggelar Reuni Akbar “Pulang Kandang 2022” yang digelar di Kampus Fapet Unpad, Jatinangor, Sabtu (19/11/2022). Kegiatan reuni ini dihadiri pimpinan Fapet Unpad, para alumni dari berbagai angkatan, serta perwakilan mahasiswa.

Mengambil tema “Babarengan Babakti ka Sarakan” ini dihadiri sekira 2.500 alumni dari angkatan 1963 hingga 2019. Berbagai kegiatan diselenggarakan dalam reuni akbar tersebut. Mulai dari Talent Show, Fapet Market, Fapet Tausyiah, Fapet Bangga, Fapet Berbagi, dan menghadirkan bintang tamu Wachdach, Hassan Gembala, Mahawowow, Endo and The Goat, Samaberia, serta Kirana.

Pada Fapet Talent Show menghadirkan beragam persembahan musik dari Fapet Famiglia, Special Performance Fapet ’64, dan yang lainnya termasuk memainkan angklung bersama para alumni dipandu Cathy Arts.

Di area Fapet Market, para alumni dimanjakan dengan berbagai sajian kuliner yang tersedia di 16 stan UKM serta terdapat sajian kambing guling yang bisa dinikmati secara gratis oleh para alumni. Selain itu, ada pula 20 tenda sarnafil yang ada di area Fapet Market.

Di tenda tersebut, para alumni bisa berinteraksi bahkan melakukan penjajakan bisnis dengan para pelaku usaha di bidang peternakan dari hulu sampai hilir, perbankan, hingga asosiasi di bidang peternakan dan kesehatan hewan tanah air.

Sebagai bentuk penghargaan dan apresiasi dalam sesi Fapet Bangga, Fapet memberikan penghargaan kepada Tenaga Pendidik, Tenaga Kependidikan, dan Mahasiswa dengan kategori Penulis Pertama; Penulis Pendamping; Dosen Yang Menjadi Praktisi; Kegiatan Internasionalisasi; Tim Kerjasama Industri; Membina Hibah Nasional Pengabdian Mahasiswa; Mahasiswa Berprestasi Bidang Akademik; Mahasiswa Berprestasi Bidang Minat Bakat; dan Tenaga Kependidikan Bersertifikat.

Penghargaan dan apresiasi pun diberikan kepada Alumni yang berprestasi dan menginspirasi. Adapun Alumni yang mendapat penghargaan yaitu Prof. Dr. Ir. Tjeppy Daradjatun Sudjana, M.Sc selaku Direktur Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian Periode 2007 – 2010; Ir. Yudi Guntara Noor, IPU selaku Pengusaha Peternakan yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum HPDKI; Ir. Rachmat Taufik Garsadi, M.Si., selaku Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat; serta Yopi Safari, S.Pt selaku Pemimpin Redaksi Majalah TROBOS Livestock. (rilis)*

Menguak Seni Gerak dan Strategi Perang dalam Naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian – Universitas Padjadjaran

[Kanal Media Unpad] Naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian yang oleh para ahli dianggap sebagai ensiklopedia budaya Sunda masa lampau, saat ini sedang diupayakan menjadi Ingatan Kolektif Nasional (Ikon) serta diajukan sebagai Memory of World (MoW) ke Unesco, PBB.

Menurut Dosen Departemen Sejarah dan Filologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Dr. Elis Suryani Nani Sumarlina, M.S., pengajuan tersebut cukup mendasar mengingat banyak kearifan lokal budaya Sunda yang terendap dalam naskah dan belum banyak dikenal oleh masyarakatnya.

“Sudah saatnya kita ‘ngeh’ terhadap budaya kita sendiri yang merupakan identitas dan jati diri sebagai orang Sunda,  karena teks naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian menyimpan berbagai ragam keterampilan, seni gerak, dan strategi perang, yang berguna sebagai wahana ilmu pengetahuan serta masih eksis di era kasajagatan sekarang,” papar Elis.

Elis memaparkan, naskah tersebut menampilkan beberapa jenis permainan rakyat yang ada kaitannya dengan gerak dan tarian. Ada keterkaitan antara jenis lagu sebagai pengiring dengan gerakan yang dilakukan, seperti Ceta Maceuh, Ceta Nirus, Tatapukan, Bangbarongan, Babakutrakan, Ubang-ubangan, Neureuy Panca, Munikeun Lembur, Ngadu Lesung, Asup Kana Lantar, dan Ngadu Nini.

Istilah-istilah tersebut sudah tidak eksis karena tergeser permainan modern, atau disinyalir namanya berubah meskipun gerakannya sama.

Dosen Filologi tersebut melanjutkan, keberadaan jenis permainan dalam Sanghyang Siksa Kandang Karesian yang ada hubungannya dengan seni gerak salah satunya adalah Neureuy Panca. Ia menganalisis adanya perubahan konsonan dan vokal pada dua kata majemuk tersebut.

Perubahan konsonan /n/ pada kata neureuy berubah menjadi /h/ atau heureuy. Sementara itu, kata penca, jika hilang unsur vokalisasinya akan terbaca panca.

Jika mengacu pada analisis tersebut, heureuy penca bisa diartikan sebagai bermain pencak, atau sejenis permainan yang menggunakan gerak dan lagu. “Permainan seperti ini masih dapat kita lihat dalam berbagai gerakan  pencak silat,  seperti dalam penca aliran Cikalong, Cimandé, Sabandar, Madi, Kari, dan yang lainnya,” terangnya.

Permainan seni gerak sejenis heureuy penca, dalam teks naskah  berkaitan erat dengan penyebutan beberapa aneka jenis kawih dalam Sanghyang Siksa Kandang Karesian. Jenis dan nama lagu yang terungkap dalam teks tersebut  bermanfaat untuk melengkapi serta menambah perbendaharaan dalam bidang seni kawih Sunda.

Hal tersebut dimungkinkan jika seniman atau para penggubah lagu mampu mengolaborasikannya saat ini.

Selain itu, lanjut Elis, heureuy penca (neureuy panca) juga ada kaitannya dengan alat atau media yang digunakannya, seperti kajimalélaatau pisau yang terbuat dari baja. pamukatau sejenis senjata tajam, kujang atau senjata khas orang Sunda zaman dahulu, patrem atau pisau kecil/senjata perempuan, téték saléh atausejenis tongkat alat upacara kebesaran,dan tipulung/iket atau ikat kepala.

Istilah strategi peran yang terungkap dalam naskah tersebut memiliki gerakan yang identik dengan perilaku perang, seperti   jenis permainan yang dikolaborasi dengan gerak dan lagu, yang apabila kita cermati, gerakannya seolah-olah meniru-niru bentuk atau perilaku  binatang.

Strategi perang yang diimplementasikan menyerupai gerakan atau perilaku binatang yang ditirunya, di antaranya singa, garuda, asu/anjing , merak, gagak, luwak, kijang, lisang, buaya. Hal ini juga terjadi pada gerakan tari Sunda, yang meniru-niru perilaku binatang, seperti tari merak, tari kijang, tari kukupu, tari burung merpati, dan garuda.

Elis mengatakan, strategi dan perilaku siasat perang yang terungkap dalam teks naskah tersebut tidak menutup kemungkinan masih digunakan dalam strategi siasat perang di militer ataupun kepolisian RI. “Hal ini membuktikan bahwa teks naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian masih eksis dan relevan dengan kondisi saat ini,” pungkasnya. (rilis)*