Platform Merdeka Mengajar Dorong Peningkatan Kualitas Guru – Universitas Padjadjaran

[Kanal Media Unpad] Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI tidak hanya meluncurkan platform Merdeka Belajar-Kampus Merdeka untuk memaksimalkan potensi belajar para peserta didik, tetapi juga para pendidik. Platform Merdeka Mengajar yang diluncurkan tahun ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan guru untuk belajar, berkarya, dan berkolaborasi.

Demikian disampaikan Mendikburistek Nadiem Makarim dalam pidato Peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2022. Pidato tersebut dibacakan Rektor Universitas Padjadjaran Prof. Rina Indiastuti saat menjadi Pembina Upacara Peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2022 yang digelar di halaman Gedung Rektorat Unpad, Jatinangor, Jumat (25/11/2022).

Rektor membacakan, melalui platform Merdeka Mengajar, guru bisa mengakses modul pembelajaran dengan gratis, mengunggah dan membagikan konten-konten praktik baik pembelajaran, hingga terkoneksi dengan rekan sesama guru di daerah lain.

Selain itu, Kemendikbudristek juga membuka kesempatan para guru mengikuti program Guru Penggerak. Program ini bertujuan menghasilkan generasi baru kepemimpinan pendidikan Indonesia.

“Mereka adalah guru yang menomorsatukan murid dalam setiap keputusannya, yang mampu menjadi mentor bagi guru-guru lainnya, dan berani melakukan terobosan-terobosan dalam memperjuangkan yang terbaik bagi muridnya. Inilah generasi baru kepala sekolah dan pengawas,” baca Rektor.

Saat ini, sebanyak 50.000 guru telah menjadi Guru Penggerak. Diharapkan, seluruh kepala daerah segera mengangkat Guru Penggerak untuk bisa menjadi kepala sekolah, pengawas sekolah, hingga mampu menjadi inovator di sekolah dan di lingkungan sekitar.

Rektor melanjutkan, saat ini merupakan momentum yang tepat untuk menyamakan arah perjalanan menuju satu tujuan bersama, yakni pendidikan Indonesia yang maju, berkualitas, dan memerdekakan.

Upacara Peringatan Hari Guru Nasional tahun 2022 diikuti oleh sejumlah pimpinan, dosen, dan tenaga kependidikan di lingkungan Unpad. Pada upacara tersebut, bertindak sebagai pembaca Naskah UUD 1945 Dekan FH Dr. Idris, M.A., serta pembaca doa oleh Dekan Fakultas Keperawatan Prof. Kusman Ibrahim, MNS, PhD.*

Guru Besar Unpad Kembangkan Model Perawatan Holistik untuk ODHIV – Universitas Padjadjaran

[Kanal Media Unpad] Guru Besar Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Prof. Kusman Ibrahim, M.NS., PhD, mengatakan, diperlukan optimalisasi tenaga perawat dalam penanggulangan HIV di Indonesia. Ini merupakan bagian dari upaya tercapainya target SDGs 2030.

“Optimalisasi tenaga keperawatan bisa menjadi kata kunci dan langkah strategis,” kata Prof. Kusman saat membacakan orasi ilmiah berkenaan dengan penerimaan jabatan guru besar dalam Bidang Keperawatan di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Bandung, Jumat (18/11/2022).

Pada kesempatan tersebut, Prof. Kusman mebacakan orasi ilmiah berjudul “Optimalisasi Tenaga Keperawatan dalam Mengakhiri Pandemik HIV di Indonesia Sebagai Upaya Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan”

Menurut Prof. Kusman, salam konteks pelayanan HIV, setidaknya ada beberapa alasan mengapa perawat bisa menjadi posisi sentral dalam upaya penanggulangan wabah ini.

Alasan tersebut yaitu: perawat dilatih untuk selalu menyadari determinan sosial kesehatan yang mempengaruhi seseorang berisiko terinfeksi HIV; perawat tersebar di seluruh tingkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier, bahkan sampai ke pelosok; perawat sudah terbiasa praktik interdisiplin dan berkolaborasi dengan berbagai anggota team kesehatan lain.

Dari pengamatan dan penelitian selama bertahun-tahun, Prof. Kusman mengembangkan “Model Perawatan Holistik Komprehensif Berkelanjutan bagi Orang dengan HIV (PHKB-HIV)”.  Dalam model ini, pasien HIV/AIDS dipandang sebagai makhluk bio-psiko-sosial-kultural-spiritual yang merupakan satu kesatuan yang utuh (holistik).

Prof. Kusman menjelaskan, seseorang terinfeksi HIV pada mulanya ia merupakan bagian dari populasi sehat, kemudian menjadi kelompok risiko, terinfeksi, dan masuk ke fase perjalanan penyakit dari mulai asimptomatik, simptomatik, AIDS, dan kematian.

Selama proses tersebut, pasien akan berinteraksi dengan lingkungan sekitar baik keluarga, masyarakat, dan layanan kesehatan.

“Perawat dapat berperan dalam mengedukasi tindakan-tindakan pencegahan pada populasi sehat dan populasi berisiko, memfasilitasi tes dan pengobatan bagi yang terinfeksi, memberikan perawatan dan dukungan untuk yang terinfeksi dan terdampak, dan pemberdayaan bagi ODHIV dan orang-orang disekitarnya,” terang Prof. Kusman.

Lebih lanjut Prof Kusman menjelaskan bahwa layanan yang diberikan perawat bersifat holistik, komprehensif, dan berkelanjutan. Layanan ini meliputi seluruh rentang proses sehat dan sakit, serta lintas tempat layanan dari rumah, masyarakat, dan sarana pelayanan kesehatan.

“Untuk memberikan pelayanan seperti itu diperlukan kompetensi yang mumpuni dari seorang perawat, dan ini dibangun dari sejak awal masa pendidikan melalui penyiapan kurikulum dan proses pembelajaran yang baik, terstandar, dan terukur,” ujar Prof. Kusman.

Menurutnya, kompetensi yang perlu dimiliki oleh perawat HIV/AIDS diantaranya adalah  kepemimpinan, perawatan holistik, koordinasi pelayanan, peka budaya, fleksibilitas fungsional, fleksibilitas lokasi, advokasi, dan spiritualitas.

Di sisi lain, pasien, keluarga, dan masyarakat juga perlu didorong untuk berperan aktif dan berdaya untuk memperjuangkan hidup sehat dan sejahtera.  “Ujung dari implementasi model ini adalah dihasilkannya luaran bagi pasien berupa status kesehatan dan kualitas hidup pasien yang lebih baik,” ungkap Prof. Kusman. (arm)*

Unpad Kukuhkan Tujuh Guru Besar Baru – Universitas Padjadjaran

[Kanal Media Unpad] Sebanyak tujuh guru besar baru Universitas Padjadjaran menjalani Upacara Pengukuhan dan Orasi Ilmiah Jabatan Guru Besar yang digelar di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Kamis (17/11/2022) dan Jumat (18/11/2022).

Upacara pengukuhan guru besar tersebut dipimpin Rektor Unpad Prof. Rina Indiastuti dan Ketua Dewan Profesor Prof. Arief Anshory Yusuf. Adapun tujuh guru besar tersebut adalah Prof. Dr. Ir. Ibnu Dwi Buwono, M.Si., Prof. Dr. Sc. Agr. Agung Karuniawan, M.Sc., Prof. Dr. Isis Ikhwansyah, S.H., M.H., CN, Prof. Maman Setiawan, S.E., M.T., PhD, Prof. Dr.rer.pol. Hamzah Ritchi, CA, Prof. Dr. Nina Djustiana, drg., M.Kes., dan Prof. Kusman Ibrahim, S.Kp., MNS, PhD.

Pada hari pertama, Kamis (17/11/2022), upacara pengukuhan digelar dalam dua sesi. Sesi pertama,  upacara mengukuhkan Prof. Ibnu Dwi Buwono sebagai Guru Besar bidang Ilmu Genetika dan Bioteknologi Ikan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, serta Prof. Agung Karuniawan sebagai Guru Besar bidang Ilmu Pemuliaan Tanaman pada Fakultas Pertanian.

Upacara sesi dua mengukuhkan Prof. Isis Ikhwansyah sebagai Guru Besar bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum, serta Prof. Maman Setiawan sebagai Guru Besar bidang Ilmu Industri dan Prof. Hamzah Ritchi sebagai Guru Besar bidang Ilmu Sistem Informasi Akuntansi dan Inovasi Digital pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Di hari ketiga, upacara mengukuhkan Prof. Nina Djustiana sebagai Guru Besar bidang Ilmu Material Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi dan Prof. Kusman Ibrahim sebagai  Guru Besar bidang Ilmu Keperawatan pada Fakultas Keperawatan.*

Unpad Kukuhkan Tujuh Guru Besar Baru – Universitas Padjadjaran

[Kanal Media Unpad] Sebanyak tujuh guru besar baru Universitas Padjadjaran menjalani Upacara Pengukuhan dan Orasi Ilmiah Jabatan Guru Besar yang digelar di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Kamis (17/11/2022) dan Jumat (18/11/2022).

Upacara pengukuhan guru besar tersebut dipimpin Rektor Unpad Prof. Rina Indiastuti. Adapun tujuh guru besar tersebut adalah Prof. Dr. Ir. Ibnu Dwi Buwono, M.Si., Prof. Dr. Sc. Agr. Agung Karuniawan, M.Sc., Prof. Dr. Isis Ikhwansyah, S.H., M.H., CN, Prof. Maman Setiawan, S.E., M.T., PhD, Prof. Dr.rer.pol. Hamzah Ritchi, CA, Prof. Dr. Nina Djustiana, drg., M.Kes., dan Prof. Kusman Ibrahim, S.Kp., MNS, PhD.

Pada hari pertama, Kamis (17/11/2022), upacara pengukuhan digelar dalam dua sesi. Sesi pertama,  upacara mengukuhkan Prof. Ibnu Dwi Buwono sebagai Guru Besar bidang Ilmu Genetika dan Bioteknologi Ikan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, serta Prof. Agung Karuniawan sebagai Guru Besar bidang Ilmu Pemuliaan Tanaman pada Fakultas Pertanian.

Upacara sesi dua mengukuhkan Prof. Isis Ikhwansyah sebagai Guru Besar bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum, serta Prof. Maman Setiawan sebagai Guru Besar bidang Ilmu Industri dan Prof. Hamzah Ritchi sebagai Guru Besar bidang Ilmu Sistem Informasi Akuntansi dan Inovasi Digital pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Di hari ketiga, upacara mengukuhkan Prof. Nina Djustiana sebagai Guru Besar bidang Ilmu Material Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi dan Prof. Kusman Ibrahim sebagai  Guru Besar bidang Ilmu Keperawatan pada Fakultas Keperawatan.*

Sesi ke-9 Eurasia International Course FIS UNJ mengundang Guru Besar Universitas Indonesia, Prof. Melani Budianta

Humas UNJ, Jakarta-Kamis, 3 November 2022, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta (FIS UNJ) menyelenggarakan The Eurasia International Course pertemuan kedelapan di mana FIS UNJ menjalin kerja sama dengan The Eurasia Foundation (from Asia) untuk program International Guest Lecturer Series. International Guest Lecturer Series ini akan dilaksanakan oleh FIS UNJ 1 kali pertemuan setiap minggunya, dari bulan September 2022 hingga Desember 2022. Total pertemuan dari September 2022 hingga Desember 2022 sebanyak 17 kali pertemuan.

Kegiatan ini sendiri dilakukan secara hibrid, baik secara dari daring melalui Zoom dan Live Streaming Youtube FIS UNJ Official, dan luring di Gedung Dewi Sartika, Lantai 10, Kampus A UNJ. Kegiatan ini diikuti oleh 42 mahasiswa yang hadir luring dan 72 mahasiswa hadir daring, dosen serta masyarakat umum, baik di UNJ maupun di luar UNJ. Pada pertemuan kedelapan ini, FIS UNJ menghadirkan narasumber Prof. Melani Budianta dari Universitas Indonesia secara daring dengan topik “Sustainability, Gender, and Multiculturalism in Indonesia”.

Melalui pemaparan daringnya, Prof. Melani menjelaskan bagaimana sustainability, multikulturalisme dan gender memiliki keterkaitan. Pada paparannya, Prof. Melani menyampaikan bahwa pembangunan yang baik adalah pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini namun tidak mengabaikan kemampuan dan kebutuhan generasi berikutnya. Keberlangsungan dari pembangunan yang ada ini perlu dilihat dari pendekatan sistemik, yang melihat bagaimana keterkaitan sistem-sistem yang ada yaitu seperti sistem lingkungan, sistem ekonomi dan sistem sosial.

Pada pemaparannya juga, Prof. Melani menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang dapat menghambat pembangunan berkelanjutannya, salah satunya adalah berbagai konstruksi sosial yang terbentuk di Indonesia saat ini, salah satunya mengenai gender. Masyarakat bisa dikatakan multiculturalism jika masyarakat dapat menghargai keragaman budaya, agama, ras, suku ataupun keragaman latar belakang lain, termasuk diantaranya perbedaan gender. Manusia terkonstruksi secara berbeda-beda, bakat dan talenta itu berbeda-berbeda. Jika pemahaman ini tidak dikelola dengan baik pada pendidikan, maka akan menyebabkan masalah-masalah seperti kesehatan mental, ada kelompok yang tersisih, ada kelompok yang tertekan. Perlu adanya pengelolaan pada ketiga sistem (sistem lingkungan, sosial, dan ekonomi) agar tercapainya state of wellbeing, ucap Prof. Melani.

Sementara itu Rakhmat Hidayat selaku Koordinator Pelaksana kegiatan yang juga dosen Prodi Pendidikan Sosiologi FIS UNJ menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Melani dan materi, pengetahuan, dan cerita yang disampaikan oleh Prof. Melani sangat berkaitan dan relevan dengan Indonesia, serta disampaikan dengan cara yang memudahkan mahasiswa untuk memahami materi, ungkap Rakhmat Hidayat.

Pada acara ini juga, Prof. Sarkadi selaku Dekan FIS UNJ menyampaikan bahwa kedatangan Prof. Melani  merupakan sebuah kehormatan dan juga menjadi kesempatan baik bagi mahasiswa untuk belajar langsung dari dosen dan pakarnya, ungkap Prof. Sarkadi.

Workshop Peningkatan Kompetensi Guru dalam Merancang Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru SILN Arab Saudi

Humas UNJ, Jakarta-Pada akhir mendampingi dan mengantar mahasiswa UNJ yang akan melaksanakan PKM di SILN Arab Saudi, yang terdiri dari Sekolah Indonesia Makkah (SIM), Sekolah Indonesia Jeddah (SIJ, dan Sekolah Indonesia Riyadh (SIR) tanggal 23 Oktober 2022, tim dosen yang terdiri dari Dr. Nuruddin, MA. (Korpus PKM), Aam Amaningsih, Ph.D. (Korpus PKL), Dr. RA Barnabas, M.Pd (Dosen Prodi PBA FBS), dan Sari Narulita, MA (Dosen PAI FIS) melaksanakan workshop peningkatan kompetensi guru SILN Arab Saudi dalam merancang penelitian tindakan kelas (PTK) secara hibrid.

Kegiatan workshop ini dibuka secara resmi oleh Atdikbud KBRI Riyadh Bapak Badrussholeh, Ph.D dengan peserta terdiri dari guru-guru SIR secara luring dan guru-guru SIM dan SIJ secara daring. Dalam sambutannya Atdikbud menyampaikan dua hal penting, yaitu: pertama, memberikan apresiasi yang sangat tinggi terkait program PKM Internasional dari LP3M UNJ dengan mengirim enam mahasiswa sebagai peserta program ini; dua orang di SIM, satu orang di SIJ, dan tiga orang di SIR. Kedua Atdikbud mengajak kepada semua guru SILN Arab Saudi baik SIM, SIJ, dan SIR untuk meningkatkan kompetensinya dalam menulis karya ilmiah yang dilanjutkan untuk diterbitkan dalam jurnal ilmiah.

Dr. Nuruddin, MA sebagai nara sumber dalam workshop tersebut menjelaskan konsep, tujuan, karakteristik, langkah-langkah memulai, dan membuat proposal PTK. Di akhir kegiatan tim dosen memberikan cendera mata kepada Atdikbud dilanjutkan foto bersama peserta, mahasiswa peserta PKM, dan tim dosen UNJ di teras SIR.

kontributor: Nuruddin selaku korpus PKM UNJ

Belajar Produktif dari Prof. Deddy Mulyana, Guru Besar yang Hasilkan 53 Buku – Universitas Padjadjaran

[Kanal Media Unpad] Menulis telah menjadi bagian hidup tak terpisahkan dari seorang Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D. Ada kesenangan tak ternilai yang dirasakannya tatkala tulisan Guru Besar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran tersebut dibaca dan diapresiasi orang lain.

Dari kecintaannya akan menulis, Prof. Deddy telah menghasilkan 53 buku, lebih dari 50 artikel ilmiah di jurnal internasional dan nasional, lebih dari 40 book chapter, dan ratusan artikel ilmiah populer maupun kolom atau opini di media massa, antara lain: Pikiran Rakyat, Kompas, Media Indonesia, Republika, Gatra, dan the Jakarta Post. Empat buku di antaranya dalam bahasa Inggris.

Buku ke-53 yang ditulis Prof. Deddy Mulyana adalah Communication Technology and Society: Exploring the Multicultural and Digital World yang ditulis bersama Dr. Devie Rahmawati, dosen Universitas Indonesia. Buku berbahasa Inggris tersebut merupakan kumpulan dari artikel ilmiah Prof. Deddy yang diterbitkan di jurnal terindeks Scopus dan jurnal Sinta-2, tetapi setiap artikel telah dipoles sedemikian rupa sehingga sesuai dengan format buku. Buku yang baru diluncurkan dan dibedah secara daring pada Rabu (2/11/2022) lalu tersebut telah habis dibeli orang.

“Orang kadang-kadang heran, kenapa saya bisa menghasilkan 53 buku? Saya sendiri tidak percaya, tapi faktanya seperti itu,” seloroh Prof. Deddy.

Kanal Media Unpad berkesempatan mewawancarai Prof. Deddy Mulyana di kediamannya di kawasan Parakan Waas, Bandung, Jumat (4/11/2022). Ribuan koleksi buku tersimpan rapi di lemari rumahnya. Wawancara pun dilakukan di ruang kerja Prof. Deddy dengan latar belakang dua lemari yang menyimpan karya buku dan tulisan-tulisannya.

Prof. Deddy mulai menulis sejak masih di SMA, yaitu pada tahun 1970-an. Cerita pendek menjadi karya yang sering ditulis Prof. Deddy hingga duduk di bangku kuliah. Kurang lebih 80 cerita pendek berhasil ditulis Prof. Deddy. Karya fiksi tersebut telah diterbitkan menjadi beberapa buku kumpulan cerpen.

Setelah itu, ia mulai banyak menulis karangan khas berupa feature perjalanan. Sejak menempuh studi Sarjana Ilmu Komunikasi di Fikom Unpad, ia banyak melawat ke luar negeri. Hal-hal unik yang ditemukan saat melawat itulah yang kemudian ditulis sebagai feature perjalanan. Kumpulan karangan khas ini juga telah dibukukan.

“Baru beberapa bulan kemudian setelah saya lulus dari Fikom Unpad pada 1981, saya mulai menulis artikel ilmiah populer,” tuturnya.

Artikel pertamanya berjudul “Kapan Kita Punya TV Sekolah?” yang dimuat di surat kabar Pikiran Rakyat (7/12/1981). Artikel terakhirnya berjudul “Etnometodologi Kasus Sambo,” yang dimuat Kompas (3/11/2022) yang menjadi viral di media sosial dan mendapatkan apresiasi banyak pembacanya.

Sejak menjalani profesi sebagai dosen, Prof. Deddy dituntut untuk menghasilkan karya ilmiah. Praktis, ia mulai menulis banyak buku dan artikel ilmiah. Buku tersebut banyak dibaca orang, khususnya dari kalangan akademisi dan mahasiswa yang mempelajari ilmu komunikasi.

Buku “fenomenal” yang dihasilkannya adalah Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar yang terbit pertama kali pada 2000. Tidak hanya dibaca, buku ini juga menjadi pegangan wajib mahasiswa ilmu komunikasi di Indonesia. Tidak heran jika buku ini telah mengalami 23 kali cetak ulang—di luar buku bajakan yang jumlahnya jauh lebih banyak lagi.

Makin senang menulis, Prof. Deddy makin jatuh cinta dengan dunia menulis. Apa lagi ketika tahu karya-karya tersebut dibaca dan diapresiasi banyak orang.

“Setelah artikel kita dimuat di media massa, atau buku tersebut dicetak dan dijual di toko buku, memang ada imbalan material, tetapi imbalan nonmaterial lebih tinggi. Ada sensasi yang saya rasakan ketika mendapatkan apresiasi dari orang bahwa buku atau artikel itu bagus. Itu membuat kita senang. Apa lagi ketika kita tahu buku itu diwajibkan di perguruan tinggi, itu membuat kita senang lagi,” ujarnya.

Menulis Beragam Perspektif

deddy mulyana
Prof. Deddy Mulyana dengan latar belakang dua buah lemari yang berisikan karya-karya tulisannya. (Foto: Dadan Triawan)*

Prof. Deddy Mulyana mengatakan, komunikasi merupakan kebutuhan manusia. Karena itu, kajian ilmu komunikasi tidak akan habis untuk dipelajari. Ada banyak bidang atau perspektif ilmu komunikasi yang bisa digali. Ini yang Prof. Deddy lakukan lewat menulis.

“Keserbahadiran komunikasi di berbagai bidang ini menciptakan disiplin komunikasi yang lebih khusus, seperti Komunikasi Antarbudaya, Komunikasi Bisnis, Komunikasi Politik dan Komunikasi Kesehatan. Kemudian kalau kita bicara mengenai sudut pandangnya, itu juga akan beragam. Ada perspektif yang objektif/positivis, interpretif/konstruktivis, dan kritis,” jelasnya.

Masing-masing terbagi lagi menjadi beberapa varian. Yang paling ia senangi dan kuasai adalah yang interpretif.

Karena itu, Prof. Deddy memanfaatkan keragaman disiplin dan perspektif pada ilmu komunikasi. Tinggal dipilih bidang komunikasi mana yang akan dibahas dan perspektif apa yang akan digunakan. Tidak jarang pula ia menulis hal-hal yang “keluar” dari bidang keahliannya di bidang komunikasi antarbudaya, komunikasi kesehatan, dan kajian media,misalnya dengan mengeksplorasi Komunikasi Hukum seperti dalam artikel “Etnometodologi Kasus Sambo” yang memang belum banyak dikembangkan di Indonesia.

Karena produktivitas menulis berdasarkan banyak bidang dan perspektif yang digelutinya inilah Prof. Deddy Mulyana kerap disebut sebagai “Begawan Ilmu Komunikasi” di Indonesia.

Saat akan menulis buku, Prof. Deddy selalu menentukan dahulu apakah buku tersebut akan menjadi pegangan kuliah atau bukan. Jika buku tersebut direncanakan akan digunakan untuk pegangan kuliah dalam waktu yang cukup lama, judul buku akan disesuaikan dengan nama mata kuliah bersangkutan, seperti Metodologi Penelitian Kualitatif (2002) dan Pengantar Komunikasi Lintas Budaya (2019).

Selain itu, gaya menulis buku Prof. Deddy lebih banyak menggunakan gaya naratif/bercerita. Ini didasarkan pada prinsip bahwa  manusia adalah Homo Narrans, yakni merupakan makhluk yang suka bercerita dan menyukai cerita. Karena itu, tema sekompleks apa pun disampaikan dengan gaya bercerita dengan menggunakan diksi yang mudah dimengerti.

Tidak jarang, Prof. Deddy menyelipkan unsur humor dalam penjelasannya. Gaya storytelling inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa buku ilmiah karyanya kerap laris di pasaran.

Kiat Produktif Menulis

Diakui Prof. Deddy Mulyana, menulis merupakan keterampilan dalam komunikasi yang cukup sulit dikuasai. Pasalnya, keterampilan ini harus terus dilatih sepanjang waktu. Namun, bukan berarti keterampilan ini menjadi momok menakutkan bagi setiap orang.

Ada beberapa tips yang didasarkan atas pengalaman menulis Prof. Deddy. Hal utama adalah menyenangi aktivitas menulis, antara lain dengan mencoba menulis hal-hal yang disenangi, selain sesuai dengan bidang keahlian. “Tidak harus langsung senang. Rasa senang itu bisa dibangun, awalnya kita perlu rasa curiosity (penasaran),” kata Prof. Deddy.

Setelah itu, banyak membaca karya orang, menguasai bahasa asing, hingga terus berlatih sepanjang waktu merupakan tips yang bisa dilakukan agar mampu menulis dengan baik.

Terakhir, kata Prof. Deddy Mulyana, penulis harus memiliki kecerdasan emosional. Kecerdasan ini dibutuhkan untuk membangun konsistensi menulis tatkala tulisan mengalami penolakan. “Artinya, jangan kesal, kecewa, apalagi putus asa, ketika tulisan kita ditolak editor atau penerbit; perbaiki lagi tulisan kita, sampai kita merasa tulisan itu optimal, atau buat lagi tulisan yang lain, hingga akhirnya tulisan kita diterbitkan,” jelasnya.*